KEAJAIBAN AL QUR’AN

KEAJAIBAN AL QUR’AN Ciri khas Al Qur’an, yang diwahyukan 14 abad yang lalu, dan hikmah Maha-Agung yang dikandungnya, merupakan bukti mutlak bahwa Kitab Suci ini merupakan Kalam Allah. Selain itu, Al Qur’an memiliki banyak mukjizat yang membuktikannya sebagai wahyu Allah. Di antaranya adalah sejumlah fakta-fakta ilmiah, yang hanya dapat kita temukan dengan menggunakan teknologi abad ke-20, dinyatakan di dalam Al Qur’an 1400 tahun yang lalu. Fakta-fakta ini, yang tidak mungkin dapat diketahui di masa Al Qur’an diturunkan, sekali lagi memperlihatkan di hadapan manusia zaman sekarang, bahwa Al Qur’an adalah benar-benar perkataan Allah.

Senin, Agustus 31, 2009

"Kesandung Gunung” di bulan Ramadhan

"Kesandung Gunung” di bulan Ramadhan

Seorang Ustadz yang sholih telah mengajarkan suatu hikmah bahwa seorang yang sedang berjalan jarang bahkan tidak mungkin akan tersandung gunung, namun orang itu biasanya lebih sering tersandung kerikil yang kecil-kecil yang sering berserakan di jalan.
Bahkan dengan contoh yang sangat jeli disampaikan bahwa sebuah kendaraan yang bagus dan mahal pun menjadi tidak bermanfaat ketika ban karetnya menyandung duri baja yang sangat kecil, sehingga mengakibatkan ban menjadi kempis, sehingga mobil yang sangat mengkilap dan mewahpun menjadi tidak bisa digunakan, alias manfaatnya yang sangat besar menjadi hilang akibat sesuatu sebab yang sangat kecil dan dianggap remeh temeh.
Ibadah puasa yang begitu indah dan menawan telah meluluskan banyak sekali lulusan-lulusan yang berkwalitas tinggi sebagaimana firman Allah yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. 2:183)
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). ……………….(QS. 2:185)
………………..Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. 2:185)
Ibadah puasa adalah ibadah yang telah Allah wajibkan untuk orang-orang terdahulu hingga kita hari ini, untuk menuju taqwa, Pengendalian aqal, pikiran dan hati serta perasaan merupakan sesuatu yang bulat dan utuh untuk berdisiplin dididik dengan firman-firman Allah dengan penuh rasa syukur kepadaNya. Hati yang suci dan bersih yang akan dapat menyelam memahami kehendak Allah dan rahmat Allah yang begitu besar kepada manusia
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (QS. 56:75)
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, (QS. 56:76)
sesungguhnya Al-Qurn ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS. 56:77)
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), (QS. 56:78)
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS. 56:79)
Diturunkan dari Tuhan Semesta Alam. (QS. 56:80)
Katinggian Al-Qur’an tidak pernah akan terpahami oleh manusia kecuali dengan mensucikan diri. Allah Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi, manusia tidak akan mengagungkan dan memuliakan Allah serta takut kepada Allah keculai bila telah memiliki ilmu, iman dan hati yang bersih
…………………Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. 35:28)
Ulama yang sebenarnya adalah sebagaimana yang Allah sampaikan, yaitu manusia yang berilmu, beriman dan berhati bersih, sehingga dapat tunduk patuh kepada Allah, sebab menyadari akan keMaha Tinggian dan ke Maha Bijaksanaan Allah pada segala ciptaanNya
Kesandung gunung dibulan Romadhon bisa saja terjadi pada umat Islam dihari ini, disebabkan banyaknya sumber-sumber kemaksiyatan yang tersebar luas dalam kehidupan jaman modern.
Umat Islam yang ingin mencapai kemulian yang tinggi dan selamat disisi Allah harus meninggalkan segala sesuatu yang membelenggu hatinya menuju kepada amal-amal yang menjadikan dirinya dekat dan dicintai Allah. Banyak karya-karya manusia dijaman ini yang sangat banyak yang harus ditinggalkan dan kemudian manusia bertekun kepada menghayati firman Allah.
Berapa juta lagu, film, cerita fiksi, gambar, animasi, karya imaginasi, yang telah dibuat manusia, dan mewarnai aqal pikiran dan perasaan kita. Bila waktu kita di dunia hanya menekuni itu semua, maka habislah waktu kita, dan tidak sempat untuk menekuni lezatnya firman-firman Allah. Padahal kehidupan dunia terbatas waktunya.
Maka Rasulullah SAW telah berwasiyat kepada kita agar kita dapat terjauh darinya sebagaimana nasehat beliau yang artinya
Barangsiapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya. (HR. Bukhari)
Mungkin hasil yang diraih seorang shaum (yang berpuasa) hanya lapar dan haus, dan mungkin hasil yang dicapai seorang yang shalat malam (Qiyamul lail) hanyalah berjaga. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
Semoga jiwa kita tersucikan dan meninggi, sehingga kecintaan kita pun akan tertuju pada segala sesuatu yang berkwalitas tinggi, sesuatu yang amat tinggi yang datangnya dari Allah Tuhan semesta Alam yang Maha Mulia dan Maha Tinggi

Sumber : MTA Online 26 Agustus 2009

Memegang Teguh Al-Qur’an dan As-Sunnah

Memegang Teguh Al-Qur’an dan As-Sunnah

Keterpurukan dan kondisi umat Islam saat ini, bukan disebabkan karena kehebatan dan kemajuan umat lain. Namun disebabkan oleh kesalahan kita sendiri dalam memilih cara hidup yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Sebagian pemuka agama ada yang berperilaku seperti perilaku pemuka agama Yahudi dan Nasrani.
Mereka menyembunyikan yang haq, karena alasan yang bersifat pribadi. Bahkan sebagian yang lain menyembunyikannya karena alasan rejeki. Padahal Ar Razaq itu hanya Allah swt. Bagaimana dapat memperoleh rejeki yang barakah kalau jalannya dengan menyembunyikan yang haq? Sebagian yang lain suka mencampur adukkan yang haq dan yang batil. Sehingga umat tidak bisa melihat dengan jelas mana yang halal dan mana yang haram. Kebenaran yang seharusnya disampaikan dengan jelas menjadi kabur, kelihatan samar-samar.
Sedangkan sebagian besar rakyat jelata malas mempelajari kebenaran langsung dari sumbernya Al Qur’an dan As Sunnah. Sehingga apa yang mereka dapatkan kebatilan yang dipoles sehingga seolah-olah nampak benar. Yang mereka jadikan rujukan hanya mitos, tradisi, dan pendapat para kyai, bukan Al Qur’an dan As Sunnah. Padahal siapa yang dapat menjamin kebenaran dari ketiganya? Tidak ada sama sekali.
Apalagi sebagian yang lain lebih suka hiburan, foya-foya, dan memuaskan hawa nafsu dari pada menuntut ilmu. Panggung-panggung hiburan yang menampilkan para penyanyi ndhang ndhut selalu dipenuhi oleh anak-anak muda, laki-laki maupun perempuan yang bercampur baur. Sedang pengajian yang mengajarkan Al Qur’an dan As Sunnah mereka abaikan begitu saja. Mereka tidak suka dibimbing untuk menjadi bangsa yang maju terpimpin. Mereka lebih suka hidup bebas untuk memuaskan hawa nafsu.
Maka tidak heran kalau yang kita lihat bukan kemajuan tapi kemerosotan, bukan prestasi tapi dekadensi, bukan kehidupan yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera, tetapi kehidupan yang resah, gelisah, penuh kebencian dan kedengkian.
Bagaimana kita dapat memperbaiki-nya? Sudahkah kita terlambat untuk berbuat? Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Selama hayat masih dikandung badan, sebelum nyawa sampai di tenggorokan, Allah tetap akan menghargai pertaubatan kita. Sebagai orang awam sebaiknya segera kita berusaha untuk mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga tidak mudah tertipu dan tersesat dalam beramal.

Rasulullah saw berwasiat dalam sebuah hadist riwayat Ibnu Abdil Barr :
“Aku telah meninggalkan kepadamu dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.”
Apa yang kita fahami dari Al Qur’an dan As Sunnah segera kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Amalan inilah yang memungkinkan terjadinya proses perubahan karakter kita yang jelek manjadi baik, malas menjadi rajin, kikir menjadi dermawan, isyrak menjadi ikhlas.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dari Hudzaifah Rasulullah saw berpesan: Duru ma’a kitabillahi haitsu ma dara (Hendaklah kamu sekalian beredar bersama kitab Allah kemana saja dia beredar). Rasulullah saw mengajak kita semua untuk senantiasa mengikuti Al Qur’an. Menjadikan Al Qur’an sebagai imam kita dan pemberi arah gerak kita. Dan menjadikannya sebagai rujukan atas kebenaran, karena Al Qur’an tidak pernah tersentuh oleh kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya (QS 41: 42).
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (QS 6: 155)
Ayat yang dikutip di atas mengingatkan kepada kita semua untuk mengikutinya, mengikuti aturan, tata kehidupan dan nilai-nilai moral yang diajarkan Allah di dalamnya dan mengingatkan kita untuk bertakwa agar kita mendapatkan kasih sayang-Nya.
Begitu pentingnya bertakwa sehingga beliau saw juga berpesan: “Ittaqillaha haitsu ma kunta” (bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada.) Umat ini terpuruk dan hina karena jauh dari cinta dan kasih sayang-Nya. Untuk itu hanya dengan kembali bertaat kepada-Nya dan mengikuti sunnah nabi-Nya kita akan mendapatkan cinta dan kasih sayangnya (QS 3: 31). Bahkan dengan jalan berbuat taat kepada Allah dan Rasul-Nya inilah kita akan mendapatkan kemenangan yang besar (QS 4: 13). Akan tetapi sebaliknya kalau kita durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya yang akan kita peroleh tiada lain kecuali neraka dan siksa yang menghinakan (QS 4: 14).
Sebagai tokoh masyarakat, pemuka agama, atau orang yang dituakan di lingkungannya, hendaklah kita berusaha untuk senantiasa meningkatkan kualitas moral dan intelektual kita masing-masing. Dengan senantiasa mengoreksi pikiran, ucapan, dan amalan kita dengan ayat-ayat Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang sesuai kita syukuri dengan terus meningkatkan diri dan apa yang tidak sesuai segera kita tinggalkan.
Dunia ini bergerak dengan cepat, anak muda maju dengan pesat didukung oleh berbagai fasilitas baru seperti CD, komputer, televisi, dan internet. Sebagai orang tua kalau kita tidak bergerak maju, merasa cukup ilmu yang dimiliki, maka kita akan tertinggal dari yang muda. Bukan masanya lagi kita memperdebatkan khilafiyyah. Dengan semangat kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, mari kita saling menghormati. Lana a’maluna walakum a’malukum. Mari kita saling bekerja-sama, kalau memang tidak bisa mari kita sama-sama bekerja.

Al Ustadz Drs Ahmad Sukina

ARSIP BLOG

Entri Populer