KEAJAIBAN AL QUR’AN

KEAJAIBAN AL QUR’AN Ciri khas Al Qur’an, yang diwahyukan 14 abad yang lalu, dan hikmah Maha-Agung yang dikandungnya, merupakan bukti mutlak bahwa Kitab Suci ini merupakan Kalam Allah. Selain itu, Al Qur’an memiliki banyak mukjizat yang membuktikannya sebagai wahyu Allah. Di antaranya adalah sejumlah fakta-fakta ilmiah, yang hanya dapat kita temukan dengan menggunakan teknologi abad ke-20, dinyatakan di dalam Al Qur’an 1400 tahun yang lalu. Fakta-fakta ini, yang tidak mungkin dapat diketahui di masa Al Qur’an diturunkan, sekali lagi memperlihatkan di hadapan manusia zaman sekarang, bahwa Al Qur’an adalah benar-benar perkataan Allah.

Selasa, Agustus 04, 2009

Surga dan Neraka

Apa itu shirat al-mustaqim:
Yaitu jembatan yang dibentangkan di atas neraka untuk menguji keimanan seseorang sebelum lulus masuk surga. Jembatan itu begitu tipisnya sehingga menyerupai “rambut dibelah tujuh”, dan begitu tajamnya sehingga menyerupai sembilu. Orang dengan iman yang kokoh dan amal yang baik, akan melewati jembatan itu secepat kilat; orang dengan iman yang lemah, akan terseok-seok melewatinya, dan kemungkinan besar akan terjerembab jatuh ke neraka!
Padang Mahsyar, semacam "ruang tunggu raksasa" sebelum menghadap Tuhan untuk "dihisab" amal-amalnya. Jika Allah sudah selesai menghitung amal hamba-hambaNya, para penghuni surga akan dimasukan ke dalam surga dan para penghuni neraka dicampakkan ke dalam neraka. Keimanan pada kebenaran ini adalah bagian dari keimanan pada Allah. Tidaklah benar iman seseorang yang beriman kepada Allah, tetapi ia mengingkari surga dan neraka. Surga dan neraka adalah salah satu alam gaib Allah, sebagaimana halnya malaikat, hari akhir, dan cara perhitungan amal. Selanjutnya, keimanan pada Allah berarti beriman pada yang gaib, sebagaimana telah dibahas sebelumnya.
Allah memberitahukan kepada kita bahwa Dia mempunyai hamba-hamba yang akan masuk surga dan yang akan masuk neraka. Allah memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dengan surga dan kenikmatannya, sama seperti halnya Dia menakut-nakuti hamba-hamba yang kafir dengan neraka dan siksaan di dalamnya.

? Ketika menggambarkan neraka, Allah berfirman:
Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.( Az Zumar : 16 )

? Ketika menggambarkan surga, Allah berfirman:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. ( Al Baqarah :25)
Sebelum membahas masalah pahala yang diletakan Allah di dunia, saya bermaksud menarik perhatian pembaca pada suatu hal pokok, yakni bahwa surga dan neraka adalah gaib.Segala sesuatu yang disebutkan tentang surga dan neraka tak lain dimaksudkan untuk memudahkan akal memahami maknanya. Allah berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ ;56)
Ketika Allah berfirman bahwa ada neraka yang membakar kulit, lalu Dia menggantikan kulitnya dengan kulit yang lain agar terus-menerus dibakar, di sini kita memahami bahwa tubuh manusia tidaklah sama seperti ketika di dunia ini. Ada sesuatu yang tidak diketahui terjadi pada tubuh manusia dan membuatnya tidak mati.
Dari realitas kehidupan di muka bumi, kita tahu bahwa jika api membakar kulit seseorang seluruhnya, ia akan mati seketika. Lalu, bagaimana api di akhirat membakar kulit manusia dan Allah menggantikannya dengan kulit lain agar pembakaran terus berlangsung? Apakah kematian akan mati di Hari kiamat kelak? Atau, apakah kita akan menjadi mahluk lain yang memperoleh berbagai siksaan di neraka Jahim atau memperoleh segala macam kenikmatan di surga?

? Alquran menunjukkan adanya perbedaan wujud manusia di dunia dengan penciptaan yang baru di akhirat, di Hari Kiamat kelak:
Kami telah menentukan kematian di antara kalian. Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan…
Al quran tidak memberitahukan wujud lain manusia di akhirat kelak. Meskipun demikian, ia menyebutkan dengan jelas bahwa penciptaan bentuk lain ini berada dari penciptaan wujud pertama di dunia. Mungkin inilah benang pertama menakutkan yang mengantarkan kita menuju apa yang dijanjikan Allah. Kekuatan manusia untuk menanggung beban di muka bumi ini dibatasi oleh kehidupan dan tubuhnya. Sementara itu, kekuatan manusia untuk menanggung beban sesudah kebangkitannya dari kematian di akhirat kelak tidak dibatasi oleh apa pun. Dengan kata lain, kenikmatan dan siksaan di akhirat berlangsung terus-menerus dan bersifat kekal. Inilah hakikat pertama yang cukup untuk menyulut ketakutan dalam hati manusia. Usia relatif manusia di muka bumi ini berkisar antara enam puluh sampai seratus tahun, meskipun ada yang lebih dari itu. Namun, kelebihan itu tidaklah banyak. Dari segi ruang dan waktu, apakah bertahun-tahun ini sama dengan siksaan yang tidak pernah berhenti? Alquran memberitahukan kepada kita bahwa keras dan pedihnya azab Allah menyebabkan orang-orang kafir ingin mati dan berteriak.
Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Az Zukhruf : 77)
Malik adalah nama salah satu malaikat penjaga neraka yang sangat kasar. Para penghuni abadi neraka mencari perantara lewat Malik untuk mengantarkan mereka kepada Tuhannya, agar Dia mematikan mereka dan mengambil putusan atas mereka. Dengan singkat, jelas, pasti dan penuh ketenangan, Malik menjawab, “Kamu akan tetap tinggal di sini.” Jadi, tidak ada angan-angan untuk dapat keluar dari neraka dan tidak juga angan-angan untuk mati. Tidak ada jalan menuju peristirahatan.

Seorang penyair, Abu Thayyib al-Mutannabi, mengatakan:

Cukuplah menjadi penyakit bagimu bila engkau
memandang kematian sebagai obat,
Cukuplah kematian itu menjadi sebuah angan-angan.

Gambaran khayalan dalam syair di atas berubah menjadi kenyataan yang sesungguhnya dan dialami oleh orang-orang kafir dalam neraka. Mereka semua mengharapkan kematian agar dapat selamat dari azab. Namun, tidak ada lagi yang namanya kematian. Mereka semua dicampakan ke tempat yang penuh dengan kekerasan dan ketakutan, yang tidak pernah kenyang dan selalu menuntut tambahan. Allah berfirman:
(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam : “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab : “Masih ada tambahan?” (Qaaf : 30)

Seorang mujahid mengatakan, di sana sama sekali tidak ada ucapan hanya saja, di sana terjadi pembicaraan dalam bentuk kiasan mengenai keadaan jahanam, bahwa ia telah terisi penuh dengan shingga tidak ada lagi tempat kosong. Kami tidak punya alasan untuk menolak pemahaman seperti ini, karena neraka adalah salah satu mahluk Allah. Di Hari Kiamat kelak, akan ada pembicaraan. Hari Kiamat akan membalikkan sifat dan tabiat segala sesuatu. Tangan dan kaki dapat berbicara. Kulit dan pendengaran dapat memberikan kesaksian. Jika anda renungkan dan perhatikan pertanyaan orang-orang kafir ihwal mengapa segenap anggota tubuh mereka menjadi saksi atas diri mereka, niscaya anggota-anggota tubuh itu menjawab bahwa Allah, yang membuat segala sesuatu berkata, menjadikan mereka mampu berkata juga.
Jika kita perhatikan hal itu, kita akan tahu bahwa tidaklah aneh kalau terjadi pembicaraan dengan neraka di Hari Kiamat kelak. Pembicaraan neraka selaras dengan suasan menakutkan yang digambarkan oleh Allah tentang azab-Nya yang ingin sekali — sekiranya mungkin — ditebus oleh orang-orang kafir dengan semua orang yang dicintainya. Allah berfirman :
…Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, kaum familinya yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di atas bumi seluruhnya. Kemudian, (ia mengharapkan), tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat…(Qaaf :11-15)
Namun, angan-angan dan harapan orang-orang kafir untuk dapat menebus azab itu dan tidak akan pernah terwujud selamanya. Pada akhirnya, mereka semua akan masuk neraka karena beberapa faktor. Allah berfirman:
“Kecuali golongan kanan, berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian.” (Al Muddatstsir : 39-47)
Dengan demikian orang-orang kafir mengakui faktor-faktor penyebab mereka dimasukkan ke dalam neraka. Begitulah, manusia masuk kedalam neraka Jahim karena amal-amal mereka. Akan tetapi, manusia masuk ke dalam surga berkat rahmat Allah, sebab amal manusia saja belumlah memadai untuk bisa memasukkannya ke dalam surga. Allah memperkenankan manusia masuk ke dalam surga-Nya karena rahmat-Nya, meskipun Allah menisbatkannya kepada amal manusia. Rasulullah saw. pernah berkata,
“Tidak ada seorang pun di antara kalian masuk surga karena amalnya.” Para sahabat bertanya, “Bahkan engkau sendiri, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bahkan aku sendiri, kecuali bila Allah meliputiku dengan rahmat-Nya.”
Hakikat ini tidak menghapus ketentuan bahwa pintu surga terbuka buat orang-orang yang menjual dirinya kepada-Nya, berperang di jalan-Nya, menyembah-Nya, bersujud dan ruku’ kepada-Nya, dan memlihara hukum-hukum Allah.

? Dalam Alquran, Allah menggambarkan sifat para penghuni surga:
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. ( At Taubah :111-112 )
Akidah Islam berlandaskan keimanan pada surga dan neraka, yakni keimanan pada kenimatan surga dan azab neraka. Kenikmatan surga dan azab neraka tidak hanya bersifat sensual atau inderawi. Ada kaidah pokok yang menjamin keberadaan surga dan neraka, yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadis. Diriwayatkan dari Abu Hurayrah bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Allah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang salih sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Jika kalian menginginkannya, bacalah ayat Alquran: Seseorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yakni (bermacam-macam nikmat) yang dapat menyedapkan pandangan.” ( As Sajdah :17 ) (H.R Bukhari)
Sabda Nabi Muhammad diatas berkenaan dengan surga. Ini berkebalikan pemahamannya (bi-mafhum al-mukhalafah) dengan neraka. Dengan kata lain, Allah telah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang kafir sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Allah berfirman:
…Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. ( Al Hadiid :13 )
Jadi kenikmatan di akhirat tidak sama dengan kenikmatan dunia. Azab akhirat tidak sama dengan azab dunia. Sifat-sifatnya berbeda, meskipun sebutannya sama. Tidak ada sesuatu pun disurga yang sama dengan apa yang ada di dunia. Hanya namanya saja yang sama. Begitu pula halnya dengan neraka.
Kita tidak menjelaskan perihal kenikmatan tertinggi di dalam surga sebagaimana di gambarkan oleh akidah Islam. Demikian juga, kita tidak menjelaskan ihwa azab paling menakutkan di neraka. Buah-buahan, bidadari bermata jeli, daging buruan, dan segala macam kenikmatan di dalam surga berada di luar jangkauan pemkiran kita. Demikian pula halnya dengan neraka Jahim yang membakar kulit, melumatkan perut, dan mendidihkan otak manusia semuanya berada di luar jangkauan pemikiran kita.
Kita berbicara tentang Allah. Orang-orang yang beribadah kepada Allah karena takut pada api neraka-Nya mirip seorang budak yang takut kepada tuannya. Mereka yang beribadah kepada Allah karena menginginkan surga-Nya mirip seorang budak yang menginginkan harta kekayaan tuannya. Ketakutan dan keinginan tidak menjadi masalah selama keduanya berorientasi kepada Allah. Namun, di atas keinginan dan ketakutan itu, ada sebuah puncak yang tidak akan pernah bisa kita capai.
Puncak dari segalanya dan akar dari kehidupan orang-orang yang menempuh perjalanan menuju Tuhannya adalah Allah Yang Mahasuci, Mahaagung, Mahamulia, Yang Menutup dir-Nya dari penghuni neraka karena kemurkaan-Nya kepada mereka, dan membuka cahaya hijab-Nya yang suci agar para penghuni surga bisa melihat-Nya.

? Tentang para penghuni neraka, Allah berfirman:
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.( Al Muthaffifin : 15)

? Tentang para penghuni surga, Allah berfirman:
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, Kepada Tuhannyalah mereka melihat. ( Al Qiyaamah : 22-23)
Pada waktu itu, neraka akan menampakkan wujud hakikinya dan mulailah azab bagi orang-orang yang tertutup dari Allah. Begitu pula, surga memperlihatkan wujud hakikinya dan mulailah kenikmatan bagi orang-orang yang diperkenankan melihat Allah. Neraka dan Surga tidak terlihat, dan tampaklah hakikat yang sangat besar. Yang ada hanyalah neraka yang jauh dari Allah dan, di samping itu, kenikmatan melihat wajah-Nya.

Dimana Surga & Dimana Neraka

Bagian terakhir dari kehidupan Akhirat adalah Surga dan Neraka. Surga adalah tempat yang digambarkan sangat indah dan penuh fasilitas, yang disediakan bagi orang-orang yang banyak berbuat kebajikan. Sedangkan Neraka, adalah tempat yang digambarkan sangat mengerikan yang disediakan untuk orang-orang yang banyak berbuat dosa dan kejahatan. Dimanakah kedua tempat itu berada? Sampai sejauh ini, kebanyakan kita tidak memperoleh kesimpulan yang cukup memadai untukmenggambarkan Surga. Padahal sebenarnya Al Qur'an memberikan informasi yang sangat banyaktentang keduanya. Jika kita mencermatinya, Insya Allah kita bisa memperoleh gambaran yang lumayan baik.
Yang pertama, Surga itu ternyata luasnya seluas langit dan Bumi. Hal ini disebutkan Allah didalam firmanNya

QS. Ali Imran (3) : 133
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Allah dan Surga yang luasnya seluas langit dan Bumi, yang disediakan kepada orang-orang yang bertakwa.

Seberapakah luasnya langit dan bumi? menjawab pertanyaan ini, harus terlebih dahulu pertanyaan : Langit yang mana, dan Bumi yang mana? Lho, apakah ada beberapa langit dan Ternyata langit kita ada 7 buah, dan demikian Apakah ada informasinya di dalam Al Qur'an? yang dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya.

QS Ath Talaaq (65) : 12
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan seperti itu pula Bumi.

Bagaimanakah menjelaskan bahwa langit dan Bumi itu ada tujuh? Hal ini memang sangat abstrak, tetapi sebenarnya bisa dijelaskan dengan teori dimensi.
Akan tetapi secara ringkas dan global saya coba uraikan di sini. Berulangkali, Allah memang mengatakan bahwa Dia menciptakan langit alam semesta ini sebenarnya bukan hanya satu, melainkan tujuh.
Langit yang pertama dihuni oleh manusia, hewan, dan tumbuhan, serta benda-benda langit seperti bintang, planet, galaksi, supercluster dan lain sebagainya. Langit yang disebut sebagai langit Dunia ini berdimensi 3.
Langit kedua dihuni oleh bangsa jin. Mereka memiliki dimensi 4. Alamnya sebenarnya berdampingan dengan kita, akan tetapi tidak bersentuhan, karena memang dimensinya berbeda. Perbandingannya bagaikan 'Dunia Bayangan' yang 2 dimensi dan hidup di permukaan tembok, dengan 'Dunia Manusia' yang berdimensi 3, hidup di dalam ruangan. Kedua dunia itu hidup berdampingan tetapi tidak bercampur aduk.
Langit ketiga sampai ke enam, berturut-turut adalah berdimensi 5, 6, 7, dan 8. Semua langit itu digunakan dalam masa penantian' oleh jiwa-jiwa manusia yang telah mati, selama di Alam Barzakh. Rasulullah, diceritakan pernah bertemu jiwa para Nabi ketika menjalani Mi'raj ke langit yang ke tujuh.
Langit yang ke tujuh adalah langit tertinggi, yang berdimensi 9. Di langit inilah terdapat Surga dan Neraka. Ketika berada di Sidratul Muntaha, di langit ke tujuh, Rasulullah pernah melihat Surga. Hal ini diceritakan di ayat berikut ini.

QS. An Najm (53) : 14 - 15
Di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada Surga tempat tinggal

Langit ke tujuh adalah langit yang 'terbesar' dan 'tertinggi' di antara ke tujuh langit itu. Sebab, menurut teori dimensi, langit yang lebih rendah dimensinya, termuat oleh langit yang lebih tinggi dimensinya. Berarti, langit ke tujuh memuat langit ke enam, memuat langit ke lima, ke empat ke tiga, ke dua dan ke satu.
Bayangkan, ibarat sebuah kubus (dimensi 3) yang tersusun dari lembaran-lembaran luasan (dimensi 2), dan tersusun oleh garis-garis (berdimensi 1), serta memuat titik titik dalam jumlah tak berhingga,sebagai komponen penyusunnya.
Pendek kata, langit ke tujuh memuat seluruh eksistensi yang ada di langit pertama sampai ke tujuh. Maka, ketika Surga itu berada di langit ke tujuh, sebenarnya Surga itu memang memiliki luas yang seluas luasnya: terbentang antara langit dan Bumi. Bukan hanya langit Dunia, melainkan langit Akhirat, yaitu di langit yang ke tujuh. Akan tetapi, semua itu bisa diobservasi dari Bumi yang kita tempati ini. Kenapa bisa demikian?
Bumi yang kita tempati ini berada di dalam pertama alias langit Dunia. Akan tetapi, karena langit pertama menjadi komponen penyusun Langit Kedua, maka Bumi ini juga berada di langit ke dua. Jika sebuah garis tersusun dari titik-titik, dan sebuah luasan tersusun dari garis garis yang dijejer, maka titik-titik itu pun akan menjadi penyusun luasan
Demikian pula, Bumi sebagai komponen penyusun langit pertama, juga tetap eksis di langit ke dua, di langit tiga sampai langit yang ke tujuh.
Hanya saja, karena sudut pandang setiap langit adalah berbeda beda, maka Bumi yang sama dilihat dari langit pertama akan berbeda dibandingkan dengan dilihat dari langit kedua. Demikian pula akan berbeda jika dilihat dari langit ke tiga sampai langit ke tujuh.
Sehingga, kita bisa memahami apa yang dikatakan di QS. 65 : 12 di atas, bahwa sebagaimana langit, Bumi temyata juga ada 7 buah. Sebenarnya, bukan ada 7 buah Bumi, melainkan Bumi yang satu tersebut memiliki 7 wajah sesuai dengan sudut pandang langitnya.
Dari Bumi yang satu itu juga kita sebenarnya bisa mengobservasi langit yang ke tujuh. Untuk bisa merasakan Surga dan Neraka, kita tidak perlu beranjak ke mana-mana. Cukup dari Bumi saja!
Karena itu Allah mengatakan bahwa Akhirat itu sebenarnya terjadi di Bumi, seperti dikatakan Allah di QS. 7:25. Di Bumi itulah kita hidup, di Bumi itu kita mati, dan di Bumi itu pula kita dibangkitkan.
Jadi, pada kenyataannya, kita ini sudah berada di dalam Akhirat (langit ke tujuh) sejak hidup di dunia. Hanya karena keterbatasan fisik dan indera kita saja, maka kita tidak menyadari bahwa kita telah berada di dalam alam Akhirat sejak awal.
Alam Akhirat bukanlah alam yang sekarang tidak ada, lantas nanti diadakan setelah terjadinya kiamat. Bukan begitu. Alam Akhirat ini sekarang sudah ada. Bahkan, sejak alam semesta diciptakan, Allah sudah menciptakan Akhirat, Surga dan Neraka di langit yang ke tujuh. Tapi kita belum bisa merasakannya, karena badan kita 'terikat' di dimensi 3. Sementara itu, Akhirat berada di dimensi 9.
Buktinya, Rasulullah sudah pernah melihat Surga itu di langit ke tujuh, saat Mi'raj. Dan ketika itu, sebenarnya Rasulullah tidak beranjak dari Bumi. Beliau hanya mengalami perjalanan dimensional, dari dimensi 3 di langit pertama menuju dimensi 9 di langit ke tujuh. Tetapi beliau masih tetap berada di Bumi!
Oleh sebab itu, Surga ini bisa ditampakkan atau tidak ditampakkan oleh Allah kepada kita, karena ia memang sudah ada. Persoalannya, ia tersembunyi dari pandangan kita dikarenakan terbatasnya dimensi manusia. Jika batas-batas dimensi itu disingkapkan oleh Allah, kita akan bisa 'melihatnya' atau bahkan merasakannya.
Nah, hal itu bakal terjadi kepada kita setelah terjadinya kiamat Bumi. Alam semesta bergerak menciut kembali, sehingga hukum alamnya akan berbalik 180 derajat. Indera kita, termasuk 'mata hati', bakal bisa mengobservasi dan merasakan seluruh langit yang tujuh itu dari Bumi. Kita lantas bisa 'melihat' Surga dan Neraka, termasuk para malaikat yang hidup di langit ke tujuh.
Dialah Allah yang menciptakan cinta,maka cintailah Allah diatas segalanya karena Ia telah memberikan kita hati untuk mencinta dan cintailah apa yang Allah cinta terhadap nya.

Tarikan Wanita
Betapa hebatnya daya pikat dan tarikan wanita, bukan saja di dunia. Namun di akhirat pun demikian, maka kaum lelaki yang bergelar ayah, suami, abang, atau anak harus memainkan peranan mereka dengan sungguh-sungguh. Seorang wanita itu apabila di yaumil alkhirat nanti akan menarik empat golongan lelaki bersamanya ke dalam neraka. Tulisan ini bukan untuk merendahkan wanita, tetapi sebaliknya supaya kaum lelaki memainkan peranannya sesuai hak dan seksama, serta berwaspada akan tanggung jawab yang dipikul di dunia!

Ayahnya
Apabila seseorang yg bergelar ayah tidak memperdulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar sholat, mengaji, dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup hanya memberi kemewahan dunia saja maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.
Suaminya
Apabila sang suami tidak memperdulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas di luar rumah,menghias diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan muhrim. Apabila suami berdiam diri walaupun dia seorang alim, misalkan sholat tidak lalai, puasa tidak tinggal, maka dia akan turut ditarik oleh isterinya kelak.
Abangnya
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggung jawab menjaga wanita jatuh ke pundak abang-abangnya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja, sementara adik perempuannya dibiarkan melenceng dari ajaran Islam, tunggulah tarikan sang adik wanita di akhirat nanti.
Anak lelakinya
Apabila seorang anak tidak menasihati ibu perihal tindak-tanduk yang menyimpang dari Islam. Bila ibu membuat kemungkaran pengumpat, bergunjing, dan lain sebagainya maka anak lelaki itu akan ikut di tanya serta diminta pertangungjawabannya di akhirat kelak.

Sakaratul Maut, Siapkah kita untuk menghadapinya?

Sakaratul Maut, Siapkah kita untuk menghadapinya?
“Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri)
(QS. Al-Anfal {8} : 50).
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu !” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”. (Qs. Al- An’am : 93).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar.
Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari.
Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Alloh”. Salam Malaikat Izrail, “Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”. Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.
Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.
Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya “menghadap”. Alloh sampai keesokan harinya.
Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.
Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan “tamunya” itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. “Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”. pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).
“Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)” kata Nabi Idris a.s.
“Kenapa ?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
“Buah-buahan ini bukan milik kita”. Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
“Siapakah engkau sebenarnya ?” tanya Nabi Idris a.s.
“Aku Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?” selidik Nabi Idris a.s serius.
“Tidak” Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.
“Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s
“Apa itu ? katakanlah !”. Jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang.
Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”. Pinta Nabi Idris a.s.
“Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s.
Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya.
Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?” Tanya Malaikat Izrail.
“Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”. Jawab Nabi Idris a.s.
“Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. Kata Malaikat Izrail.
MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita? Siapkah kita untuk menghadapinya ?
“sebarkanlah walau hanya satu ayat”

ARSIP BLOG

Entri Populer